Kamis, 25 Maret 2010

ASI EKSKLUSIF

A.    ASI (Air Susu Ibu)
         1.   Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu (Soetjiningsih,1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu ibu adalah:
-          Stadium laktasi
Stadium laktasi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kolostrum, air susu masa peralihan, dan air susu masa mature.
-          Ras
Pengaruh ras terhadap komposisi ASI, disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya, kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu di setiap negara yang berbeda.
-          Keadaan nutrisi
Keadaan gizi ibu berpengaruh terhadap komposisi zat gizi Air Susu Ibu. Pada ibu dengan kondisi malnutrisi, kadar protein dan total kalori ASI-nya relatif lebih rendah daripada ibu dengan gizi baik.
-          Diit ibu
Konsumsi protein yang baik pada ibu yang menyusui dapat meningkatkan konsentrasi protein ASI. Demikian juga untuk kadar lemak, vitamin B6 dan sebagainya (Supariasa dkk.,2002).

         2.   Perbandingan ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula
Kandungan zat gizi ASI, Susu Sapi dan Susu Formula berbeda dalam beberapa hal, seperti tercantum pada tabel 1. Dari tabel perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa susu formula memiliki banyak kelemahan, terutama dalam hal nilai gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya mikroorganisme pathogen atau terjadinya proses kontaminasi. Walaupun susu sapi sudah mengandung zat gizi yang cukup baik, tetapi susu sapi tidak cocok diberikan kepada bayi, karena harus melalui proses pengolahan agar dapat dikonsumsi. Oleh karena, hanya ASI saja yang paling ideal diberikan kepada bayi. (Diah Krisnatuti, 2000)

Table 1. Perbandingan Komposisi Zat Gizi ASI, Susu Formula, dan Susu Sapi
Analisis Rata-rata
ASI (gram/100 ml)
Susu Formula (gram/100 ml)
Susu Sapi (gram/100 ml)
Lemak (g)
3,0-5,5
1,3-3,6
3,2
Protein (g)
·                  Kasein
·                  whey

1,1-1,4
0,7-0,9
0,4-0,5
1,76-2,4
-
-
3,1
0,6
2,5
Karbohidrat (gram)
6,6-7,1
7,32-9,6
4,4
Enargi  (kkal)
65-70
51-74
61
Mineral
0,2
0,3-0,6
0,8
Natrium (mg)
10
24-33
50
Kalium (mg)
40
61-112
150
Kalsium (mg)
30
41-102
114
Fosfor (g)
10
36-90
90
Khlorida (µg)
30
41-71
102
Magnesium (mg)
4
4-7
12
Besi (µg)
0,2
0,7-1,0
0,1
Cuprum (µg)
-
3,5-5,0
-
Seng (µg)
-
0,1-0,3
-
Mangan (µg)
-
4-6,9
-
vitamin



A (SI)
150-270
222-300
60
D (SI)
6
47,6-75
2
B1 (mg)
0,017
0,3-0,7
0,03
B2 (mg)
0,03
0,06-0,08
0,17
C (mg)
4,4
0,09-0,14
1
B6 (mg)
0,02
5,4-120
0,07
B12 (µg)
0,04
0,03-0,15
0,3
Niasin
0,17
0,27-0,6
0,1
Pantotenat A (µg)
0,24
0,6-0,89
0,34
Asam folat (µg)
0,2
1-3
0,2
Biotin (mg)
0,2
-
3,0
      Sumber : Diah Krisnatuti, 2000

      3.      ASI  Ditinjau dari Berbagai Aspek
a.         Aspek Gizi
               ASI, merupakan makanan yang terbai untuk bayi, karena memiliki kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi. Ditinjau dari aspek gizi, kandungan zat gizi ASI sebagai berikut :

                              1.   Kalori
                 Menurut Soetjiningsih, 1997 kalori yang ada dalam ASI relative rendah yaitu sekitar 77 kalori/100ml ASI, yang terdiri dari 90% berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. (Infant Food and Diettetic Products Departement, 1992)

                              2.   Protein
               Kandungan protein yang ada pada ASI memiliki nilai nutrisi yang tinggi (mudah dicerna). Protein ASI terbentik dari 60-70% whey dan 30-40% kasein, pengendapan protein whey  lebih halus sehingga memudahkan proses pencernaan dan penyerapan dalam tubuh bayi. Selain itu, ASI juga mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Kadar sistin pada ASI lebih tinggi, hal ini menguntungkan karena sistin merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin dan felanin pada ASI rendah, karena kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak bayi. (Soetjiningsih, 1997)

                              3.   Lemak
        Sebanyak 90% kandungan lemak ASI dapat diserap oleh tubuh bayi. Hal ini disebabkan struktur trigliserida dalam lemak ASI mempunyai sifat mudah larut air, sehingga mudah diserap (Infant Food and Diettetic Products Departement, 1992). Menurut Suharjo 1988, kandungan lemak ASI bervariasi antara ibu satu dengan yang lain, hal ini tergantung pada kebiasaan makan ibu. Air susu yang pertama keluar selama menyusui disebut susu mula (foremilk), cairan ini mengandung kira-kira 1-2% lemak dan tampak encer. Air susu yang encer ini dapat memberikan kepuasan pada bayi yang haus. Air susu berikutnya disebut susu belakang (hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga atau empat kali lebih banyak dari pada susu mula. Sehingga bayi perlu mendapat susu belakang (hindmilk).

                              4.   Karbohidrat
ASI mengandung  karbohidrat relative tinggi, karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar laktosa sangat menguntungkan, karena laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberikan suasana asam pada usus bayi. Kelebihan dari laktosa adalah sebagai berikut :
  • Penghambat perumbuhan bakteri pathoge
  • Sumber galaktosa yang berperan dalam proses pertumbuhan otak
  • Mempunyai kadar kemanisan yang rendah.

                           5.Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral yang dalam jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Zat besi yang ada pada ASI mudah diserap oleh bayi yaitu sekitar 90%. Kandungan kalium, kalsium, natrium dari asam klorida dan fosfat, yang merupakan bahan pembentuk tulang. Vitamin yang terdapat pada ASI sudah dapat dikatakan lengkap.

b.         Aspek kekebalan
                    Dari beberapa riset bayi yang medapat ASI  akan lebih terlindungi dari serangan infeksi, terutama diare. Beberapa keungguln asi ditijau dari aspek kekebalan, adalah sebagai berikut :
1.   Immunoglobulin
                    Immunoglobulin yang terdapat pada ASI yang utama adalah immunoglobulin A (Ig A), anti bodi ini tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Selain itu terdapat beberapa anti bodi yang lain seperti Ig G, Ig M, Ig D dan Ig E. semua anti bodi ini akan bekerja melawan aktivitas bakteri, virus dalam tubuh.

2.      Lysosim
                    Lysosim merupakan suatu enzim yang berfungsi melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang merugikan. Enzim ini bersifat bakteriostatis terhadap enterobakteria dan kuman gram negative. Lysosin terdapat  dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI dari pada susu sapi.

3.      Factor bifidus
            Factor bifidus  adalah sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini berfungsi menjaga keasaman  flora usus bayi dan berguna untuk menghambat bakteri yang merugikan.

4.      Laktoferin
            Laktoferin merupakan sejenis protein bagian dari komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum) dengan baik di saluran pencernaan, sehingga bayi tidak akan defisiensi zat besi.

5.      Sel darah putih
           Selam 2 minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000 sel per mili. Terdiri dari 3 macam yaitu :
·      Brochus-Asosiated Lymphocyte Tissue (BALT), yang menghasilkan antibody terhadap infeksi saluran pernafasan.
·      Gut Asosiated Lymphocyte Tissue (GALT), yang menghasilkan antibody terhadap saluran pencernaan.
·      Mammary-Asosiated Lymphocyte Tissue (MALT), yang menyalurkan antibody melalui jaringan payudar ibu. Sel-sel ini memproduksi IgA, lysosim, dan interferon. Interferon ini berfungsi menghambat aktivitas virus.

c.       Aspek Psikologis
                                    1.      Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
                 Ibu harus memiliki rasa percaya diri bahwa ibu mampu memberi dan memproduksi ASI pada bayi, sehingga kebutuhan zat gizi bayi terpenuhi. Kemauan yang besar dan kasih sayang akan meningkatkan produksi hormone oksitosin yang akan meningkatkan produksi ASI.

                                    2.      Hubungan/interaksi antara ibu dan bayi
                 Menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dab bayi. Pertumbuhan dan perkembanyan bayi tergantung pada kesatuan ikatan tersebut. Hubungan ini mulai terjadi ½ jam pertama setelah bayi dilahirkan dan diberi ASI. Karena itu sangat penting untuk memberikan ASI sejak dini.

                                    3.      Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi
                 Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik maka akan memberikan kepuasan pada ibu dan bayi. Bayi akan merasa aman dan dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan juga mendengar denyut jantung ibu.
                 
d.         Aspek Kontrasepsi
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda menstruasi dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi secara alamiah, yang dikenal dengan metode Amenorea laktasi (MAL). Berdasarkan riset, pada wanita yang tidak memberikan ASI, siklus menstruasi akan kembali sekitar 2 bulan stelah kelahiran. Dan 80% wanita yang memberikan ASI sampai 2 tahun, siklus menstruasi akan kembali setelah 1 tahun dan 80% mendapat menstruasi setelah 2 tahun kelahiran.
 
e.       Aspek Ekonomi
            Dengan memberikan ASI secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya makan bayi sampai usia 6 bulan. Produksi ASi tahun pertama sekitar 400-800 ml per hari, pada tahun kedua 215-467 ml per hari. Dengan memberikan ASI selama 2 tahun maka setiap ibu rata-rata memproduksi kira-kira 500 ml per hari. Tabel 2. Menunjukkan tentang produksi ASI,disebutkan bahwa bila semua bayi diberi ASI sampai 2 tahun, maka produksi ASI oleh 8 juta ibu sekitar 4 juta liter ASI per hari. Jika harga ASI disamakan dengan harga susu botol, misalnya SGM pada tahun 1980 1 liter SGM Rp. 4000,- . Maka produksi ASI 8 juta ibu sebesar Rp. 584 milyar (symposium nasional II PP-ASI, 1980)

Tabel 2. Produksi ASI ( ml) menurut umur anak
Nama negara
Umur anak (bulan)
1-6
7-12
13-24
Lebih 25
Negara Barat
(Jeliffe dan jeliffe, 1978)
750



Negara Asia
(Jeliffe dan jeliffe, 1978)
500-700
400-600
300-500
200-450
Bogor
(Blakhart, 1968)
400-820
360-520
190-400

Indonesia
(Rohde, 1974)
600
400
300
Sumber : Infant Food and Diettetic Products Departement, 1992

         4.      Keuntungan ASI
a)      Keuntungan untuk bayi:
  1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
  2. ASI mudah dicerna oleh bayi.
  3. Jarang menyebabkan konstipasi.
  4. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
  5. ASI kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
  6. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
  7. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI samapi lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena Asi mengandung DHA/AA.
  8. Bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln akan menurunkan
  9. resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
  10. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
  11. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

b)        Keuntungan untuk ibu:
  1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
  2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
  3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
  4. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah.  (Suririnah, 2004)

         5.   Pengertian ASI Eksklusif
               ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja termasuk kolostrum  tanpa tambahan apapun sejak  dari lahir (usia 0 bulan) sampai berusia 6 bulan, tanpa pemberian susu  formula, air matang, air  gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan. Jadi Pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja pada bayi umur 0 - 6 bulan tanpa makanan atau minuman lain baik sebagai pendamping maupun pengganti Air Susu Ibu (ASI). Menurut Hubertin, (2004)  bahwa ASI Ekslusif diartikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan yang diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih saja sampai bayi berumur  6 bulan
Depkes RI (1995),  juga menjelaskan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai umur 4 bulan.  Sedangkan pada perkembangannya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450 Tahun 2004 ditetapkan lama pemberian ASI Eksklusif sampai dengan umur bayi  6 bulan dan petunjuk tersebut berlaku sampai sekarang

6.      Cakupan ASI Eksklusif
Definisi konseptual cakupan ASI Eksklusif tidak banyak dibahas dengan lengkap dalam sebagian pustaka, namun berdasarkan definisi operasional pada pelaksanaan program kesehatan, cakupan ASI Eksklusif merupakan hasil perhitungan komulatif dalam bentuk prosentase pencapaian pemberian ASI saja pada bayi umur 0 – 6 bulan oleh  kelompok sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu wilayah kerja institusi kesehatan selama kurun waktu satu tahun anggaran. Untuk menilai keberhasilan cakupan tersebut digunakan indikator pembanding yaitu Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan secara nasional dan telah dijabarkan dalam SPM tahunan Kabupaten/Kota menurut kemampuan dan kondisi masing-masing daerah.
7.  Hambatan Kelangsungan Pemberian ASI Eksklusif
Mary Beth Hasselquist (2006), menjelaskan bahwa kendala pemberian ASI mencakup faktor-faktor antara lain  :
  • Kurangnya informasi atau apatis dari petugas kesehatan, termasuk bidan, praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti memberikan air dan suplemen kepada bayi tanpa kebutuhan medis
  • Kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini
  • Kurangnya dukungan masyarakat luas
  • Promosi susu formula komersial melalui pembagian kemasan gratis di rumah sakit
  • Hadiah kepada bayi dari perusahaan susu formula yang dibagikan oleh dokter ataupun bidan selama hamil
Fenomena pelanggaran pemberian ASI juga banyak terjadi di berbagai bidang kehidupan, mulai di rumah tangga, lingkungan tempat bekerja atau diberbagai lingkungan lainnya. Pelanggaran di rumah tangga tanpa disadari bisa dilakukan oleh ibu, ayah, kakek atau nenek, perilaku negatif yang sering terjadi pada ibu adalah kurang percaya diri, tidak punya motivasi atau keinginan kuat, lebih mementingkan diri sendiri dan tidak mau repot, ibu sering mengalami rasa tidak percaya diri ketika bayi menangis terus karena tidak mempunyai motivasi dan keinginan yang kuat untuk memberikan ASI, seringkali menyerahkan bayinya kepada “baby sister” apalagi bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan kegiatan memompa ASI di tempat bekerja, bahkan sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu keindahan tubuh yang akhirnya ASI tidak diberikan, si ayah juga ikut andil dalam menanggung kesalahan, karena dianggap tidak bisa membantu atau memotivasi kegagalan istri. Disisi lain pengalaman sang nenek dan kakek ketika si cucu menangis terus sepanjang malam akhirnya mendesak si ibu untuk memberi susu tambahan untuk bayinya. (Widodo Judarwanto, 2006)
 Utami Roesli (2008), mengungkapkan fakta kegiatan promosi susu formula selain dapat menyebabkan penyesatan persepsi dikalangan ibu-ibu rumah tangga juga menyebabkan pembodohan terhadap kalangan ibu rumah tangga itu sendiri dengan mengklaim kalau susu dan makanan formula yang mereka promosikan itu memiliki kualitas yang sama dengan ASI.  Lebih lanjut Zia Ulhaq (2008), juga turut menjelaskan fenomena tentang pemberian ASI di Indonesia masih belum dilaksanakan sepenuhnya dan upaya meningkatkan perilaku ASI Eksklusif masih kurang, hal ini disebabkan oleh faktor sosial budaya, kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula, pelayanan kesehatan yang kurang optimal dan juga petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian ASI. Survei tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4 - 5 bulan di perkotaan antara 4 - 12%, sedangkan dipedesaan 4 - 25%.  Pencapaian ASI Eksklusif  5 - 6 bulan di perkotaan berkisar antara 1 - 13% sedangkan di pedesaan masih mencapai 2 - 13%.
Anies Irawati (2008), mengungkapkan fakta bahwa penambahan pemberian susu botol pada bayi-bayi yang ibunya bekerja pertumbuhan badannya mungkin lebih besar, tapi imunitasnya tidak sebaik bayi ASI, walaupun demikian secara higienis ibu-ibu di kota jauh lebih mampu menjaga kesehatan. Jika bayi-bayi di perkotaan yang minum susu botol gemuk-gemuk, hal ini masih bisa dipahami karena pendidikan orang tua lebih memadai, namun yang dikhawatirkan adalah ibu-ibu di desa yang tingkat pendidikannya masih rendah, kemampuan ekonominya juga rendah, maka susu botol yang diberikan kadang kurang higienis bahkan terkadang sisa susu pagi masih diberikan pada sore sehingga bayi rentan terhadap penyakit harinya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dukungan tenaga kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan terkait dengan perilaku menyusui (terutama pada ibu yang baru melahirkan) diharapkan dapat mendukung gerakan ASI Eksklusif.  Namun demikian, fenomena yang dihadapi  sekarang ini adalah faktor pemasaran dan peredaran susu formula bayi yang makin gencar di masyarakat dapat berdampak terhadap persepsi ibu-ibu tentang peran dan fungsi ASI, lebih cenderung memilih tidak menyusui sehingga keberhasilan menyusui semakin rendah, di sisi lain pemerintah pun belum sepenuhnya mendukung upaya peningkatan pemberian ASI secara eksklusif.
Penelitian Fitriyah Ainur R (2003), di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang menyebutkan bahwa 100% responden yang memiliki bayi berusia 0 - 4 bulan telah diberi suplemen, hal tersebut berpengaruh terhadap kejadian  penurunan produksi ASI, disamping itu terdapat 59,4% bayi telah diberikan susu formula dan bubur pada usia 0 - 4 bulan beberapa saat sebelum atau setelah diberi ASI oleh ibunya dengan alasan menganggap bayi masih lapar walau sampai payudara kosong, sehingga bayi menunggu lebih lama untuk disusui lagi.
Ridwan Amirudin.dkk (2006), dalam penelitiannya juga memaparkan data hasil penelitian di Makasar, digambarkan bahwa presentase responden yang memberikan ASI Eksklusif dan tidak mendapatkan promosi susu formula  (16,7%) lebih besar dari responden yang memberikan ASI Eksklusif dan mendapatkan promosi susu formula, sedangkan presentase responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan mendapatkan promosi susu formula (100%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan tidak mendapatkan promosi susu formula (83,3%). Penelitian dengan metode uji statistik yang menggunakan uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai p = 0,007 (<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 6- 11 bulan.  Dijelaskan lebih lanjut bahwa Hellen Keller Indonesia (HKI) menemukan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia sebulan setelah kelahirannya hanya 25 - 80%, di daerah kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar, Surabaya dan Semarang) pemberian itu hanya sampai 40%. Hasil penelitian di Kelurahan Pak Baeng-baeng Makasar menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif hanya 9,3%, sehingga disarankan agar petugas kesehatan hendaknya tidak menganjurkan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayinya pada awal masa kelahiran, melakukan pemberdayaan petugas kesehatan, perlunya dukungan dari keluarga, dukungan tempat kerja untuk pengadaan tempat pemberian ASI serta perpanjangan cuti hamil dan melahirkan bagi ibu bekerja.