Minggu, 07 Maret 2010

ASI EKSKLUSIF DAN HUBUNGANNYA DENGAN KIE DI KECAMATAN GAPURA KABUPATEN SUMENEP 2009

Masa pertumbuhan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna mencapai sumber daya manusia Indonesia yang sehat dan berkualitas. Pertumbuhan dan perkembangan sebenarnya telah dimulai sejak masa janin dalam kandungan, oleh karena itu perlu penatalaksanaan gizi agar bayi tumbuh dengan optimal.

Arisman MB (2004), menyatakan bahwa penatalaksanaan gizi yang tepat untuk masa pertumbuhan bagi bayi adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan pertama dan utama bagi bayi sejak lahir karena telah disediakan khusus oleh Tuhan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna, kandungan karbohidrat dan lemaknya dapat di serap dengan baik serta kandungan protein utamanya berupa lactalbumin yang berguna untuk pertumbuhan bayi, kandungan mineral dan vitamin tinggi sangat ideal untuk penyerapan kalsium. ASI juga mengandung zat kekebalan anti infeksi untuk membekali bayi yang masih belum mempunyai daya kebal terhadap penyakit.

Keunggulan ASI sangat luar biasa dibandingkan susu lain karena tidak memberatkan kerja organ tubuh terutama organ saluran pencernaan dan ginjal bayi yang masih belum berfungsi optimal. Sementara itu dalam proses menyusui banyak keuntungan bagi ibu dan bayi diantaranya dapat memperpanjang jarak kehamilan berikutnya serta merupakan bentuk curahan kasih sayang langsung antara ibu pada bayi. Selaras pernyataan tersebut Solihin Pudjiadi (2000), menyebutkan keuntungan lain dari menyusui adalah :

- Ekonomis, tidak perlu membeli dan mudah didapat

- Tersedia pada suhu yang ideal dan tidak perlu dipanaskan atau dimasak terlebih dahulu

- Selalu segar dan bebas dari pencemaran kuman, hingga mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan saluran pencernaan

- Memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayinya sebagai wujud curahan kasih sayang

- Menyusui akan memperkuat kembalinya ukuran, bentuk dan besarnya rahim setelah persalinan

Mengingat banyak keuntungan dan manfaat menyusui, upaya pemberian ASI hendaknya dioptimalkan dengan pemberian ASI Eksklusif sebagaimana yang dijelaskan Depkes RI (1995), bahwa pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai umur 4 bulan, sedangkan pada perkembangannya melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/2004 ditetapkan bahwa masa pemberian ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan. Pemberian ASI Eksklusif bertujuan agar bayi dapat menerima ASI yang keluar pertama kali pada 5 hari pertama yang disebut colustrum (susu awal) berwarna kekuningan, lebih kental, banyak mengandung protein dan zat kekebalan tubuh bagi bayi.

Kendala dan hambatan dalam upaya pemberian ASI Eksklusif tentunya masih banyak ditemukan seperti kebiasaan pemberian makanan pralaktal dini dapat berpengaruh mengurangi kesempatan bayi mendapatkan semua zat gizi yang ada dalam ASI serta dapat mengganggu kelancaran produksi ASI. Hellen Keller Indonesia (HKI) menemukan pemberian ASI Eksklusif pada bayi hanya sampai usia sebulan setelah kelahirannya sebesar 25 - 80%. Pada daerah kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar, Surabaya dan Semarang) pemberian ASI Eksklusif hanya sampai 40%, sedangkan di Kelurahan Pak Baeng-baeng Makasar menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif hanya 9,3%. (Ridwan Amirudin.dkk, 2006)

Hasil penelitian pendahuluan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep khususnya di wilayah kerja UPT Puskesmas Gapura bahwa pencapaian cakupan ASI Eksklusif tingkat kabupaten pada tahun 2002 sampai tahun 2006 cendrung mengalami peningkatan dari 10,3% meningkat 40%, sedangkan cakupan ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Gapura pada tahun 2003 sampai tahun 2007 berturut-turut sebesar 34,8%, 52,8%, 14,3%, 29,4% dan 29,5%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari peran petugas kesehatan sebagai orang pertama yang dapat menyalurkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap sasaran.

Kegiatan pelaksanaan KIE ASI Eksklusif di wilayah kerja UPT Puskesmas Gapura dilakukan di puskesmas dan di posyandu, data laporan kegiatan KIE menunjukkan frekuensi pelaksanaan sebanyak 1 kali dalam sebulan kepada pasien atau pengunjung ruang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas dalam bentuk penyuluhan perorangan dan kelompok, demikian pula di posyandu hanya 1 kali setiap hari buka posyandu di meja IV yang disampaikan oleh kader posyandu. Program lain yang berkaitan adalah kunjungan rumah kegiatan antenatal care (ANC), kunjungan neonatus (KN) dan kunjungan bayi pasca neonatus oleh bidan di desa. Jumlah penduduk UPT Puskesmas Gapura golongan sasaran ibu hamil sebanyak 572 Orang, ibu nifas 525 Orang dan ibu menyusui 1011 Orang, sasaran bayi (0-11 Bulan) 520 Orang, dan bayi pasca ASI Eksklusif (6-11 bulan) sebanyak 260 Orang (UPT Puskesmas Gapura, 2008).

Penelitian Akhmad Nur (2009), yang dilakukan di Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ini pada bulan Februari 2009 berbentuk Diskriptif Survei, menggunakan metode Cross Sectional, sampel terpilih sebanyak 57 responden menurut cara Random Simple Sampling. dengan perolehan data primer dikumpulkan dari responden yang terpilih dan data skunder diperoleh dari laporan cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep tahun pelaksanaan 2002 sampai 2008. Hasil analisis hubungan antar variabel menggunakan uji statistik Chi Square menunjukkan nilai kemaknaan masing-masing variabel dengan p value = 0,001 (a < 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara intensitas dan metode KIE terhadap kepatuhan pemberian ASI Eksklusif, dengan asumsi bahwa intensitas KIE yang sering dan metode KIE individu/perseorangan cendrung lebih efektif dapat menumbuhkan kepatuhan pemberian ASI Eksklusif. Upaya pencapaian ASI Eksklusif hendaknya terus ditingkatkan agar tumbuh kembang optimal bayi dapat diakses dengan baik, disamping itu kampanye dan pengawasan ASI Eksklusif agar dilakukan dengan sinergis dalam bentuk kerjasama lintas sektor melalui pemberdayaan masyarakat dan stake holder.


Tidak ada komentar: